Mengapa Orang Indonesia Kurang Vitamin D Meski Sinar Matahari Berlimpah?





Penulis dr. Lastri

 

Mengenal Defisiensi Vitamin D

Vitamin D adalah salah satu vitamin larut lemak yang juga dikenal dengan nama kalsiferol.  Kadar vitamin ini di dalam darah dianjurkan berkisar diantara 30 – 100 ng/mL dan seseorang dikatakan mengalami defisiensi (kekurangan) apabila kadar vitamin D dalam darahnya < 20 ng/mL. Kondisi defisiensi vitamin D merupakan kondisi global yang tidak memandang geografis negara dan rentang usia. Bahkan di negara tropis sekalipun seperti Indonesia. Data penderita defisiensi vitamin D di berbagai negara sangat bervariasi. Laporan studi ilmiah memperkirakan ada sekitar satu milyar orang di dunia mengalami defisiensi vitamin D dan bahkan 50% penduduk di dunia mengalami insufisiensi (potensi kekurangan) vitamin D.

Vitamin D sudah banyak diteliti dan disimpulkan sebagai vitamin yang tidak hanya penting untuk membantu pembentukan tulang namun juga berperan pada berbagai proses di dalam tubuh.  Itulah mengapa masalah kesehatan akibat defisiensi vitamin D tidak terbatas pada penyakit tulang saja seperti rakitis (penyakit tulang lunak pada anak) dan osteomalacia (nyeri tulang dan kelemahan otot pada lansia) namun juga penyakit lain seperti hipertensi (darah tinggi), keganasan, diabetes melitus, kardiovaskular, autoimun, infeksi hingga depresi.

Faktor penyebab terjadinya defisiensi vitamin D secara sederhana dibagi dua yaitu kurangnya paparan sinar matahari di kulit dan kurangnya asupan vitamin D. Kurangnya paparan sinar matahari di kulit disebabkan gaya hidup masyarakat saat ini yang cenderung menghindari sinar matahari, berada di dalam ruangan dalam jangka waktu yang panjang (kulit tidak bisa mensintesis sinar matahari yang terhalang jendela), bahan pakaian sulit menyerap sinar matahari atau berpakaian panjang, penggunaan pelindung tubuh seperti topi, payung, hingga penggunaan sunblock >30 SPF yang dapat mengurangi penyerapan sinar matahari hingga 90%.  Kebutuhan harian asupan vitamin D seseorang berkisar antara 400 – 800 IU tergantung usia dan kondisi tubuh. Diketahui ada dua sumber vitamin D bagi tubuh yaitu sebagian besar lewat pembuatan di kulit yang terpajan radiasi ultraviolet B (UV-B) dan hanya sekitar 10% yang berasal dari makanan. Vitamin D  yang berasal dari makanan sendiri dibagi menjadi tiga yaitu sumber asli, makanan yang difortifikasi dan suplemen. Makanan sumber asli yang mengandung vitamin D dalam jumlah besar contohnya ASI, ikan kaya minyak seperti salmon, tenggiri, makarel, dan dalam jumlah kecil terdapat di kuning telur, jamur, hati sapi, tahu dan tempe. Untuk makanan yang difortifikasi vitamin D, variasinya juga sangat banyak mulai dari sereal, roti, yogurt, keju, margarin, susu, jus jeruk, dan banyak lagi. Untuk suplemen vitamin D umumnya memiliki dosis antara 400 – 5000 IU dan tersedia dalam berbagai bentuk tablet, kapsul hingga softgel. Adapun berbagai bentuk sediaan suplemen vitamin D ini hanya untuk pilihan bagi konsumen dan tidak mempengaruhi efektivitasnya. Justru yang harus diingat adalah waktu yang tepat untuk mengkonsumsi suplemen vitamin D yaitu ketika atau setelah makan. Bahkan makanan berlemak dapat membantu meningkatkan proses penyerapan  vitamin D hingga 50% di dalam usus.

Berdasarkan fakta-fakta mengenai vitamin D diatas, dapat disimpulkan bahwa defisiensi vitamin D tidak hanya terjadi dinegara empat musim bahkan di negara dua musim seperti Indonesia. Cukup dengan melakukan langkah sederhana, yaitu memastikan kulit terutama wajah, punggung, leher dan kaki terpapar sinar matahari ditambah selalu mengkonsumsi makanan mengandung vitamin D maka bahaya kekurangan vitamin D bisa dihindari.


 

Sumber:

  1. Paramita., Louisa, M. Berbagai manfaat vitamin D.  Jakarta: Cermin Dunia Kedokteran. 2017; 257: 736-40 http://www.cdkjournal.com/index.php/CDK/article/viewFile/720/483
  2. Siddiqqe, M, Bhattacharjee,B, meshbahurrhaman, M. High Prevalence of Vitamin D Deficiency Among The South Asia Adult: A systematic review and Meta-analysis. BMC Public Health, 2021. https://bmcpublichealth.biomedcentral.com/articles/10.1186/s12889-021-11888-1
  3. National Institute of health. Vitamin D Fact Sheet for Consumers. Washington, DC : National Academy Press, 2022. https://ods.od.nih.gov/pdf/factsheets/VitaminD-Consumer.pdf
  4. Pusparini. Defisiensi Vitamin D Terhadap Penyakit. Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory. 2014; 21: 90-5
  5. Astuti, Y; Adyani K. Vitamin D dalam kehamilan ( Literature Review). Jurnal Ilmiah Panmed. 2020; 15: 508-12 http://research.unissula.ac.id/file/publikasi/210914059/7049Vitamin_D_dalam_Kehamilan_(Literatur_Review).pdf
  6. Rimahardika, R; Subagio, H W; Wijayanti, H S. Asupan Vitamin D dan Paparan Sinar Matahari pada Orang yang Bekerja di dalam Ruangan dan di luar Ruangan.  Journal of Nutrition College. 2017; 6 : 333-42 https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jnc/article/view/18785





Comment

×